Siapa yang tidak mengenal
Pahlawan Proklamator sekaligus Presiden Republik Indonesia yang pertama Ir.
Soekarno atau biasa disebut dengan Bung Karno yang menjabat selama periode
1945-1966. Beliau adalah seorang yang sangat berwibawa dan berkarisma serta
bijaksana sehingga dapat membuat rakyat Indonesia sangat menjunjung tinggi
beliau bukan hanya rakyat Indonesia saja namun seluruh dunia mengangkat topi
untuk Bung Karno.
Dibalik
dari hal tersebut, ternyata juga menimbulkan pihak-pihak yang tidak menyukai
Bung Karno tersebut sehingga ingin menggulingkan kepemimpinan Ir. Soekarno
tersebut dengan berbagai cara bahkan dengan menghilangkan nyawa beliau. Berikut
ini adalah beberapa percobaan pembunuhan yang ditujukan langsung pada Bung
Karno.
1.
Peristiwa Granat Cikini
Pada
tanggal 30 November 1957, Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini
(Percik), tempat bersekolah putra-putrinya dalam rangka perayaan ulang tahun
ke-15 Percik. Guntur dan Megawati adalah murid SD Yayasan Perguruan Cikini.
Bung Karno sempat meninjau berkeliling sekitar 25 menit, dan kemudian Granat
tiba-tiba meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang tewas,
100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta
putra-putrinya selamat.
Para
pelakunya Juyuf Ismail, Saadon bin Mohammad, Tasrif bin Husein, dan Moh Tasin
bin Abubakar berhasil dibekuk dan di hadapkan ke pengadilan militer. Mereka di
jatuhi hukuman mati pada 28 April 1958. Pelaku merupakan perantauan dari Bima
yang dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII.
2. Penembakan Istana Presiden oleh Pilot Daniel Maukar
Pada tanggal 9 Maret 1960,Tepat di siang hari; Istana presiden
dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan canon 23 mm dari pesawat Mig-17 yang dipiloti
oleh Daniel Maukar. Maukar adalah Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta.
Bom
yang dijatuhkan Maukar menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh dari
meja kerja Soekarno. Tetapi Soekarno tidak berada disana, beliau tengah
memimpin rapat di gedung sebelah Istana Presiden. (Maukar sendiri membantah ia
mencoba membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum menembak
Istana Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di
Istana – tanda presiden ada di Istana).
Kemudian
Pilot pesawat itu mendaratkan pesawatnya di persawahan daerah garut karena
kehabisan bahan bakar. Ia kemudian ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, tetapi
sebelum sempat menjalani hukumannya, Bung Karno mengumumkan amnesti umum
terhadap PRRI/Permesta yang pernah memberontak. Maukar yang termasuk unsur
PRRI/Permesta, langsung dibebaskan.
3. Peristiwa Granat Makassar
Pada
tanggal 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu,
ia akan menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat
melewati jalan Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset,
jatuh mengenai mobil lain sehingga Bung Karno selamat. Pelakunya yang bernama
Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya divonis hukuman mati.
4. Penembakan Mortir Kahar Muzakar
Peristiwa
ini terjadi pada tahun 1960-an. Ketika itu Presiden Soekarno dalam kunjungan
kerja ke Sulawesi. Saat berada dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang
Mandai, sebuah peluru mortir ditembakkan anak buah Kahar Muzakkar ke arah
kendaraan Bung Karno, tetapi ternyata meleset jauh. Dan Soekarno sekali lagi,
selamat.
5. Penembakan Idul Adha
Pada
tanggal 14 Mei 1962, saat orang-orang mukmin termasuk Bung Karno sedang
berjajar dalam shaf hendak melaksanakan Sholat Idul Adha dengan mengambil
tempat di lapangan rumput antara Istana Merdeka dan Istana Negara, tiba-tiba
terdengar tembakan pistol bertubi-tubi diarahkan kepada Bung Karno dari jarak 4
shaf dibelakangnya.
Ketika
diperiksa, penembak mengaku melihat Bung Karno ada dua orang dan menjadi
bingunglah ia hendak menembak yang mana. Tembakannya meleset tidak mengenai
Bung Karno, sebaliknya menyerempet bahu Ketua DPR Zainul Arifin dari NU yang
mengimami shalat. Pelaku tersebut divonis mati, tetapi ketika disodorkan kepada
Bung Karno untuk membubuhkan tandatangan untuk dieksekusi, Bung Karno tidak
sampai hati untuk merentangkan jalan menuju kematiannya.
Seorang
kiai yang memimpin pesantren di daerah Bogor bernama H. Moh Bachrum, dituduh
mengatur rencana tersebut dan memerintahkan melakukannya. Setelah meletus G30S,
tempat tahanannya dipindahkan dari RTM ke penjara Salemba.
Sikap
H. Moh Bachrum terhadap tahanan G30S lain sangat baik dan selama di Salemba, ia
ditunjuk mengimami sholat berjamaah yang diikuti oleh semua tahanan yang
beragama Islam yang diselenggarakan di lapangan penjara. Ia bebas lebih cepat
daripada para tahanan G30S lainnya, karena dianggap berkelakuan baik.
Demikianlah
sedikit informasi yang dapat disampaikan, semoga bermanfaaat bagi pembaca.
Terima Kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar